• Senin, 25 September 2023

Gairahkan Pariwisata Internasional Melalui Travel Bubble, Begini Penjelasan Praktisi Pariwisata

- Minggu, 25 Oktober 2020 | 23:17 WIB
Panah raksasa berdiri megah di Pantai Legian
Panah raksasa berdiri megah di Pantai Legian

MANGUPURA, POS BALI -Pemerintah pusat didorong untuk segera membuka pariwisata internasional. Pasalnya selama 7 bulan terdampak, kondisi pariwisata Bali sangat memprihatinkan. Untuk mencegah kondisi itu terus berlarut, pemerintah didorong berani membuka kunjungan pariwisata internasional mulai awal tahun 2021.

Hal itu bisa dilakukan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan, melalui jalinan kerjasama travel bubble. (Travel bubble, pembukaan zona batas lintas negara yang memungkinkan warganya bepergian asal  tak melampaui area yang sudah ditetapkan).

Hal itu diungkapkan praktisi pariwisata Legian, Wayan Puspa Negara. Menurutnya , setelah tujuh bulan berlalu kini pemerintah harus berani mulai memikirkan bagaimana skema pembukaan pariwisata Internasional. Sebab tanpa itu, kondisi Bali akan terus memprihatinkan.

Walaupun pemerintah telah membuka kunjungan pariwisata domestik, tidak bisa diandalkan untuk memutar roda perekonomian pariwisata. Sebab daya beli mereka relatif rendah dan berpotensi membuat nilai kamar akomodasi wisata menjadi kacau. "Pemerintah tidak perlu terlalu worry (khawatir). Saya rasa masyarakat kita sudah siap, sebab mereka sudah mulai terbiasa mentaati protokol kesehatan yang berlaku"ujarnya.

Pemulihan kunjungan pariwisata internasional harus disertai dengan skema pembukaan pariwisata internasional. Untuk itu sangat diperlukan skema khusus berkaitan dengan kesiapan masing-masing destinasi yang terhubung ke bandara. Sebab pada dasarnya pihak akomodasi wisata sudah sangat siap, baik dengan disiplin ketat menerapkan protokol kesehatan maupun melakukan sertifikasi kelayakan. "Harus ada daya dobrak dari pariwisata Bali, sebab jika ini terlalu lama maka akan semakin sulit kondisinya. Sebab hotel juga memerlukan biaya pemeliharaan dan perawatan.Jadi perlu langkah spektakuler dari kementerian dan jangan terlalu takut,"harapnya.

Disaat seperti ini membuka pariwisata dengan mempergunakan travel bubble menjadi suatu kebutuhan bagi Bali. Dimana pangsa pasar yang dilirik adalah pasar yang menjanjikan bagi pariwisata Indonesia dan mengacu zona hijau. Selain itu,  langkah lain yang bisa ditempuh adalah dengan digital nomaid job. Yaitu mengajak pengusaha kelas jetset (berkantong tebal) untuk bekerja dari Bali secara digital.

"Jadi ini perlu pendekatan-pendekatan agar mereka mau datang ke Bali. Travel bubble bisa dilakukan dengan Cina yang sudah bebas Covid dan India. Kedua pasar ini menjanjikan karena dilihat dari perkembangan kunjungan dan faktor kedekatan,"imbuhnya sembari menerangkan sektor penerbangan juga harus mendukung hal iti dengan penerbanan langsung ke negara potensial itu.

Sementara Ketua Legian Bussines Association (LBA) Arif Billah, mengungkapan sepinya wisatawan membuat pihak hotel keteteran. Sebab kunjungan wisatawan sudah terjadi 7 bulan, terhitung dari bulan April 2020. Jika diibaratkan manusia berenang, kondisi air diakuinya sudah akan masuk ke hidung. "Kondisi kita sudah mengap-mengap. Sebab perusahaan mana yang bisa bertahan hampir 1 tahun, tanpa penghasilan tapi pengeluaran tetap,"terangnya.

Ia menilai membangkitkan pariwisata internasional secara perlahan sangat perlu, ditengah ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir. Dimana ada 3 upaya yang dinilainya menjadi kunci, yaitu pertama implementasi 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dengan ketat, sehingga resiko terpapar semakin kecil. Kedua mempermudah regulasi kunjungan wisatawan dan ketiga adalah menjalin travel bubble. Dimana hal itu telah dilakukan oleh negara Singapura, Jepang, Vietnam dan Kamboja. 023

Editor: posbali

Tags

Terkini

Khusus Hari Jumat, Lalin Bandara Ngurah Rai Disesuaikan

Kamis, 21 September 2023 | 18:28 WIB
X